#

Senin, 01 Februari 2010

MENDETEKSI KONTRIBUSI TUNGGAL


Oleh:
Fahri Hidayat


Kesulitan dalam hidup hanyalah bagian dari rangkaian cerita panjang dari keseluruhan hidup kita. Tidak ada kesulitan yang abadi, sebagaimana tidak ada kemudahan yang abadi. Kesulitan dan kemudahan pasti akan datang silih berganti bagaikan siang dan malam. Keduanya tidak akan berlalu begitu saja. Ada banyak pelajaran dan pembelajaran dari kesulitan dan kemudahan itu. Pernahkan anda membayangkan apa yang akan terjadi seandainya Alloh menjamin apa yang anda usahakan pasti berhasil, dan apa yang anda harapkan pasti terwujud? Apakah anda pernah membayangkan bagaimana warna dunia tanpa masalah, kesulitan, hambatan, dan cobaan hidup? Tentu kita dapat membayangkan betapa menjenuhkannya drama kehidupan ini tanpa itu semua. Tak akan ada orang yang belajar bertahun-tahun untuk menuntut ilmu, tak akan ada ilmuan-ilmuan yang mengabdikan umurnya untuk mengembangkan penemuan-penemuan baru, tak akan ada sekolah, laboratorium ataupun perpustakaan. Karena semua sudah Alloh jamin tersedia jika kita memintanya.

Dalam perspektif kita sebagai manusia, secara naluri kita memang membutuhkan masalah. Seorang sutradara ketika membuat skenareo film tentu yang pertama kali di fikirkan adalah apa masalah yang akan di munculkan dalam drama filmnya. Sinetron yang merupakan skenareo manusia saja pasti membutuhkan masalah, kesulitan, dan konflik. Karena tanpa itu semua tak ada yang menarik dari sebuah

sinetron.


Kehidupan dunia ini pada hakekatnya hanyalah permainan, senda gurau, dan sandiwara belaka. Tak ada yang abadi di dalamnya. Satu-satunya yang akan abadi adalah apa yang kita investasikan untuk akhirat kita. Kita telah menyaksikan betapa tokoh-tokoh besar yang semasa hidupnya di puja dan di kagumi banyak orang akhirnya tetap tertelan oleh masa. Orang di kemudian hari hanya mendengarnya dari cerita-cerita ataupun membacanya dalam lembaran-lembaran sejarah. Fir`aun adalah contohnya. Ia adalah Raja besar Mesir yang di dewakan oleh pengikutnya. Memiliki tentara besar yang menakutkan, yang dengan keanguhannya ia mengaku sebagai tuhan yang harus di sembah. Lalu dimanakah keangkuhan itu sekarang? Lenin, pemimpin partai komunis Rusia yang semasa hidupnya mampu mempengaruhi banyak orang dengan pemikiran komunisnya, yang dengan kesombongannya tidak mengakui keberadaan Alloh. Dia dengan kekejamannya memberikan teror dan intimidasi kepada jutaan penduduk Rusia yang hidup dalam kemiskinan. Lalu, dimanakah kesombongan itu saat ini? Dimanakah keangkuhan itu saat ini? Dimanakah kebesaran yang ia banggakan itu sekarang? Dan akhirnya, semuanya pasti akan musnah di telan zaman. Semuanya pasti akan hilang dan di gantikan oleh orang lain. Begitulah roda kehidupan selalu berputar.

Lalu apakah ini berarti kita harus meninggalkan urusan-urusan keduniaan? Tentu tidak! Justru dunia ini adalah ladang amal tempat kita menabur benih-benih kebaikan. Setelah drama kehidupan di dunia ini berakhir, akan ada kehidupan lagi di alam lain. Dimana baik atau buruknya nasib kita pada alam itu sangat di tentukan oleh kebaikan ataupun keburukan yang kita lakukan di dunia ini. Untuk itu, kita justru harus berlomba-lomba menanam benih kebaikan di dunia ini. Dan setiap kebaikan yang kita lakukan pasti akan membawa kita kepada kebaikan yang lain.

Misi kita dalam hidup ini, sebagaimana telah di sebutkan dalam Al-qur`an adalah untuk beribadah kepada Alloh. Ibadah disini tentu harus kita artikan seluas-luasnya. Bukan hanya ibadah yang bersifat ritual saja. Karena segala sesuatu yang kita niatkan untuk mendapatkan ridho Alloh adalah ibadah. Selama mengikuti aturan dari Alloh dan rosul-Nya. Untuk itu, hendaknya kita selalu memberi nilai spiritual terhadap kebaikan apapun yang kita lakukan. Karena itu adalah jalan satu-satunya untuk menuai kebaikan di alam akhirat nanti.

Manusia di lahirkan dengan kecenderungan yang beragam. Kecenderungan yang ada pada diri manusia apabila bertemu dengan azam yang membara, maka akan menghasilkan sebuah energi yang dahsyat. Masing-masing dari diri kita tentu memiliki semacam monitor di dalam diri untuk mendeteksi kontribusi tunggal yang dapat kita persembahkan untuk umat, bangsa dan negara. Ada yang kecenderungannya menjadi seorang pemimpin, guru, sastrawan, dan lain sebagainya.

Khalid bin walid yang dengan izin Alloh tidak pernah kalah setiap kali menjadi komandan perang, apabila ia melewati suatu tempat yang belum pernah di laluinya, maka yang pertama kali ia fikirkan adalah strategi apa yang akan ia rancang seandainya ia berperang di tempat itu. Ia memang di lahirkan dengan kecenderungan sebagai ahli strategi dan perang. Barangkali apabila ada seorang penyair yang melewati tempat yang sama, yang terlintas dalam fikirannya mungkin adalah bagaimana membahasakan keindahan tempat tersebut menjadi sebuah puisi atau syair.

Karena kecenderungan dari masing-masing kita beragam, maka kontribusi tunggal yang dapat kita berikan untuk mewarnai drama kehidupan inipun pasti bermacam-macam. Maka dari itu, kita harus fokus pada apa yang menjadi bakat dan kecenderungan kita. Dan semua harus besinergi untuk menghasilkan sebuah karya untuk membangun umat. Yang terpenting adalah semua itu harus kita niatkan untuk mencari ridho Alloh semata. Kesulitan dalam menjalaninya hanyalah batu loncatan untuk menuju level kehidupan yang lebih tinggi. Dan yakinlah dengan janji Alloh, bahwa di setiap satu kesulitan akan ada dua kemudahan. (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)