#

Jumat, 28 Januari 2011

Perjalanan Manusia Menemukan Kebenaran


Kurang lebih 400 tahun sebelum Masehi, Plato menyatakan sebuah teori bahwa bumi itu datar. Teori yang di cetuskan oleh filosof asal Yunani itu kemudian meluas ke seluruh penjuru dunia. Sehingga menurut pemahaman masyarakat pada zaman itu, bentuk bumi adalah seperti sebuah balok. Andai ada seseorang yang berlayar terus menuju suatu arah yang lurus tanpa henti, maka suatu saat ia akan terjatuh di sebuah jurang yang entah apa itu namanya. Pemahaman ini begitu mengakar di masyarakat dunia pada masa itu, hingga tak ada orang yang berani melayari lautan di luar area-area yang sudah di kenali.

Pada abad 2 M, ada seorang ilmuan yang menguatkan pendapat Plato. Ilmuan itu bernama Ptolomeus. Sama dengan Plato, ia juga berasal dari Roma. Ia bukan hanya menguatkan pendapat Plato bahwa bumi itu datar, namun juga melengkapinya. Ia mengatakan bahwa bumi merupakan pusat tata surya (geo-sentris). Jadi menurutnya matahari dan seluruh bintang-bintang di langit berputar mengelilingi bumi. Maka, pemahaman yang berkembang di masyarakat hingga masa itu adalah bentuk bumi datar dan ia merupakan pusat edar, atau pusat tata surya.

Pemahaman ini masih terus bertahan ratusan tahun lamanya sampai awal abad 15 pada saat Ferdinand Magelheans mengelilingi bumi dan membuktikan bahwa bumi itu bulat. Lambat laun kebenaran bahwa bentuk bumi adalah bulat menyebar ke masyarakat. Sehingga persepsi bahwa bumi datar sudah mulai di tinggalkan. Sampai pada tahun 1500, ada seorang ilmuan dan peneliti berkebangsaan Polandia yang bernama Nicolas Copernicus. Setelah melakukan sebuah pengamatan dan penelitian panjang, ia menemukan sebuah fakta bahwa ternyata bumi berputar mengelilingi matahari. Kesimpulan yang di dapatkan oleh Copernicus ini tentu berlawanan dengan persepsi umum saat itu yang mengatakan bahwa bumi merupakan pusat tata surya (geo-sentris). kegelisahan ilmiah Copernicus sudah tak terbendung lagi, ia kemudian mempublikasikan teori barunya kepada publik. Ia secara terang-terangan mengungkapkan kepada masyarakat bahwa pusat tata surya adalah matahari, dan bumi berputar mengelilingi matahari (helio-sentris).

Pendapat Nicolas Copernicus ini langsung mendapat kecaman dari berbagai pihak. Ia di tuding telah menyeleweng dari kebenaran. Bahkan ia di katakan gila. Orang-orang mengatainya gila karena teori helio-sentrisnya itu. lebih parah lagi, pihak kerajaan kemudian menahannya. Ia di dakwa sebagai seorang penyeleweng yang mengajarkan ajaran sesat. Oleh pihak kerajaan, ia kemudian di minta untuk mencabut pernyataannya. Namun Copernicus tetap berdiri pada pendapatnya. Ia tak mau mencabut perkataannya. Karena ia yakin bahwa teorinya adalah benar. Tak ada gunanya peneletian yang dia lakukan selama bertahun-tahun lamanya, jika pada akhirnya ia justru tidak membenarkan kesimpulan yang telah ia dapatkan itu. Akhirnya oleh pihak kerajaan, Copernicus di hukum pancung. Sang ilmuan itu meninggal di tiang gantungan.

Seratus tahun kemudian, ada ilmuan lain dari inggris yang meneliti benda-benda langit melalui sebuah teleskop. Ia adalah Galileo Galilei. Setelah sekian lama ia mengadakan penelitian, ia sampai pada kesimpulan yang sama dengan yang pernah di sampaikan Copernicus dulu, bahwa pusat tata surya adalah matahari. Ia kemudian menyampaikan temuannya itu kepada publik. Ternyata nasibnya tak terlalu berbeda dengan ilmuan pendahulunya. Ia di tuduh menyimpang. Masyarakatnya mengatainya gila. Sang ilmuan itu di anggap gila! Oleh kerajaan ia di penjara seumur hidup. Dan iapun meninggal dunia di dalam tirai besi yang kumuh. Itulah “hadiah” yang di berikan oleh kerajaan kepada para ilmuan-ilmuan pada zaman itu.

Setelah teleskop modern mulai di temukan, dan satelit-satelit mulai di luncurkan ke luar angkasa, maka kini terbuktilah bahwa yang pernah di sampaikan oleh Nicolas Copernicus dan Galileo Galilei dulu adalah benar. Kini semuanya menjadi lebih terang. Andai orang-orang yang dulu pernah mengatai para ilmuan itu gila saat ini masih ada, tentu mereka akan tertunduk malu dan bertekuk lutut meminta maaf dengan penuh penyesalan.

Pada abad modern ini, sejak teleskop raksasa Hubble di angkasakan pada tahun 1990, banyak tabir tentang alam semesta yang mulai terbuka satu demi satu. Pengetahuan manusia tentang alam semesta pun terus berkembang. Tahun 1929 Edwin Hubble menemukan sebuah fenomena, bahwa ternyata galaksi-galaksi yang ada di jagad raya ini bergerak saling menjauh dengan kecepatan yang sangat tinggi. Temuan ini membantah statmen yang dulu di yakini, bahwa alam semesta statis. Menurut temuan ini alam semesta terus berkembang dan meluas, tidak statis. Temuan ini terus di kembangkan dan kemudian sampailah para ilmuan pada sebuah kesimpulan bahwa jika alam semesta hingga saat ini terus mengembang, dimana galaksi-galaksi saling bergerak menjauh, itu artinya pernah ada suatu masa dimana semua galaksi dan benda-benda langit dulunya bersatu padu. Dari sini, maka muncullah teori dentuman besar (big bang) yang menyatakan bahwa 15 milyar tahun yang lalu semua yang ada di alam semesta ini bersatu padu, kemudian terjadi semacam ledakan besar (dentuman) yang kemudian membentuk galaksi-galaksi seperti saat ini. Penemuan para ilmuan pada tahun 1964, kemudian mengukuhkan teori big bang tak terbantahkan lagi.

Hari ini masyarakat dunia mulai memahami hakekat alam semesta, satu demi satu. Ternyata manusia membutuhkan waktu ribuan tahun lamanya untuk sampai pada kesimpulan bahwa bumi itu datar, berputar mengelilingi matahari, hingga teori big bang yang belum lama di temukan itu. Namun ternyata pada abad 6 Masehi, abad dimana manusia masih mempercayai bahwa bumi itu datar, jauh sebelum zaman Copernicus dan Galileo Galilei, ada seorang lelaki di gurun pasir yang tandus menyampaikan bahwa dahulunya langit dan bumi bersatu padu. Lelaki itu adalah ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Setelah dia menyampaikan hal itu, ia di katakan gila oleh kaumnya. Ia di olok-olok dan di caci maki habis-habisan. Lelaki itu kemudian menangis. Ia menyampaikan sebuah kebenaran. Namun ternyata balasan dari kaumnya sungguh menyakitkan. Inilah kalimat yang di sampaikan oleh lelaki itu:

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"

Lelaki itu adalah Nabi Muhammad. Yang ia sampaikannya adalah Al-Quran. Kalimat itu adalah salah satu ayat dalam Al-Quran, yaitu surat Al-Anbiya` ayat 30. Sekarang, apakah mungkin kalimat yang di ucapkannya itu adalah buatannya sendiri atau buatan manusia? Kalimat itu di sampaikan oleh seorang yang tak bisa baca tulis, dimana peradaban manusia masih sangat terbelakang. Jika tidak mungkin, lalu kalimat siapakah itu? ini adalah bukti nyata tentang kebenaran Al-Quran, bahwa ia adalah wahyu Alloh yang akan terus terjaga hingga akhir zaman nanti.

Al-Quran adalah mu`jizat yang di turunkan kepada Nabi Muhammad. Alloh telah berjanji akan terus menjaga keasliannya. Banyak sekali temuan terkini yang ternyata sudah ada di dalam Al-Quran. Maka, mengapa mereka tidak juga beriman??? (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)