Pada hakekatnya manusia memiliki kecenderungan untuk selalu tidak puas terhadap apa yang telah di dapatkannya. Manusia selalu ingin mendapatkan lebih banyak dari pada apa yang sudah ada pada dirinya. Sifat tamak itu ada pada setiap manusia. Siapapun dia. Sama seperti sifat-sifat yang lain, seperti kasih sayang ataupun iri dengki. Semua sifat itu melekat pada semua makhluk yang bernama manusia. karena manusia memang di ciptakan dengan dua potensi, yaitu potensi kebaikan dan keburukan.
Yang membedakan kualitas seseorang dengan yang lainnya adalah bagaimana cara dia mengelola semua potensi tersebut. Untuk itu manusia di karuniai satu paket perangkat lunak supaya dapat mengelolanya dengan baik, yaitu akal dan hati.
Sifat tamak untuk sebagian besar maknanya tentu negatif. Karena ia adalah indikator ketidakstabilan jiwa. perhatikanlah seseorang yang pada saat penghasilan bulanannya pas-pasan ia kikir dan pelit. Apakah ketika penghasilannya meningkat ia bisa menjadi dermawan? Ternyata tidak sama sekali! Orang yang pada masa sulitnya tidak pernah merasa bersyukur, maka tatkala ia di mudahkan rizkinya ia tetap menjadi orang yang tak bisa bersyukur. Selalu merasa kurang dan kurang. Lihatlah para pejabat di semua level pemerintahan. Gaji mereka yang besar itu ternyata belum bisa mengobati dahaga duniawi mereka. Tetap saja mereka ingin yang lebih banyak lagi. Akibatnya jelas, yang paling mudah diamati adalah menggejala budaya korupsi.
Sebenarnya sifat tamak itu bisa menjadi potensi yang sangat dahsyat jika kita mau mengarahkannya pada jalur positif. Karena pada hakekatnya ketamakan adalah rasa tidak puas terhadap apa yang sudah ada. jika kita arahkan rasa tidak puas dan selalu ingin lebih itu pada hal yang positif, maka justru akan menghasilkan sebuah produk karya yang sangat besar.
Misalnya saja ketamakan terhadap ilmu. Andai saja orang selalu merasa kurang terhadap ilmu yang sudah ia peroleh, tentu ia akan selalu mengupayakan jalan untuk memperkaya wawasannya. Orang yang mengarahkan sifat tamaknya pada ilmu, ketika ia melihat ada orang lain yang tampak lebih berwawasan dari pada dirinya, ia tentu akan merasa tertantang untuk belajar dan belajar lebih banyak lagi. Pada kondisi seperti inilah sifat tamak manusia menjadi positif. Karena sifat tamak tersebut berjalan di atas rel fastabiqul khoirot, atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Maka arahkanlah sifat tamak yang ada itu pada hal yang positif, seperti tamak terhadap ilmu, tamak untuk berkarya lebih baik, tamak untuk menebar benih-benih kebaikan, dan lain sebagainya. Dan jangan di lupakan bahwa tujuan dari semuanya itu adalah untuk mencari ridho Alloh. Jangan berhenti di tengah jalan. Artinya jangan sampai kita sudah terlanjur mendaki anak tangga, namun tidak tahu di dinding mana tangga itu di sandarkan. Ketamakan pada hal-hal positif itu juga harus di sandarkan untuk mencari ridho Alloh. Supaya benih kebaikan yang kita tanam di dunia itu dapat kita petik buahnya di dunia dan juga di akhirat sana. (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)
Senin, 10 Januari 2011
Membingkai Sifat Tamak
02.45.00
Fahri Hidayat