#

Selasa, 07 Desember 2010

BERLAYAR KE MUARA KEHIDUPAN


Oleh: Fahri Hidayat

Bayangkanlah, anda melihat peti mati di hadapan anda. Peti mati itu dikelilingi oleh kerumunan orang yang tak lain adalah keluarga anda, kerabat anda, rekan bisnis anda, dan sahabat-sahabat anda. Tak lama kemudian, anda melihat beberapa orang dari kerumunan itu mendekati peti mati tersebut. Tampaknya mereka hendak mengangkatnya. Sekarang bayangkanlah, yang ada di dalam peti mati itu adalah anda. Anda dapat melihat dan mendengar apa yang mereka ucapkan dengan jelas. Namun anda tak dapat berbicara ataupun bergerak lagi, anda hanya dapat mendengar dan melihat!

Beberapa orang tadipun kemudian mengangkat peti mati dimana anda berada. Anda benar-benar merasakan tubuh anda terangkat bersamaan dengan diangkatnya peti mati itu. Peti itu kemudian di bawa bersama-sama. Kerumunan orang tadi turut mengiringi di belakang peti mati itu dibawa. Anda melihat istri dan anak-anak anda menangis terisak-isak, kerabat dan sahabat-sahabat anda menunduk dengan mata dan tatapan yang sayu, seakan menahan sesuatu agar tidak mengalir dari kedua matanya.

Beberapa menit kemudian anda merasakan peti mati yang mengangut anda itu mulai di turunkan. Dan dari posisi anda sekarang, anda dapat melihat dengan jelas makam yang sudah di persiapkan untuk anda. Lalu, tiba-tiba peti itu terbuka. Beberapa orang mengangkat anda, dan memasukan anda kedalam makam tersebut. Dan anda masih saja melihat semua rangkaian peristiwa itu, anda masih dapat mendengar apa yang mereka ucapkan.

Tak lama kemudian, Sang tokoh agama setempat pun maju kedepan, sepertinya ia hendak membacakan doa untuk anda. Isak tangis istri dan anak-anak anda semakin menjadi-jadi. Air mata sahabat dan kerabat anda yang tadi masih bisa ditahan, kini tak dapat di bendung lagi. Suasana haru menyelimuti semua yang mengikuti prosesi itu. Seperti biasa, Sang tokoh agama mulai menyebutkan kebaikan-kebaikan yang anda lakukan semasa anda hidup dulu, kemudian mendoakan keselamatan dan ketenangan untuk anda, serta ketabahaban untuk keluarga yang anda tinggalkan. Semua yang hadir mengamini doa tersebut, masih dalam suasana haru. Sekali lagi, sekarang bayangkanlah... jika yang ada dalam peti mati itu adalah anda, maka apa yang kira-kira akan orang katakan tentang diri anda pada saat itu? Kebaikan apa yang akan mereka kenang dari diri anda? Karya-karya dan prestasi apa yang akan mereka sebut-sebut untuk mengingat dan mengenang anda?

Saat itu kebaikan atau keburukan yang orang katakan tentang diri anda, sudah tidak dapat anda bantah lagi. Karena anda tidak bisa berbicara, apalagi bergerak. Anda hanya bisa mendengar orang-orang itu membicarakan tentang diri anda, tentang kebaikan ataupun keburukan anda. Dan anda hanya terdiam mendengar semua itu, karna tak ada lagi yang bisa di perbaiki. Tak ada lagi yang bisa di lengkapi, dan tak ada lagi yang bisa di benahi. Semua sudah terlambat untuk sekedar menyesali. Waktu anda sudah habis, dan tak mungkin kembali lagi.

Ini adalah sebuah renungan yang mengingatkan kita tentang arti sebuah visi. Kita hidup di dunia ini bagaikan berlayar dengan sebuah bahtera di sungai yang panjang dan bercabang-cabang. Kita di bebaskan memilih cabang sungai mana yang akan kita layari, namun yang pasti semuanya akan bertemu pada muara yang sama. Kehidupan ini juga menawarkan pilihan jalan yang banyak, dan kita dibebaskan untuk memilih jalan mana yang kita sukai. Namun, pada akhirnya kita semua akan bertemu pada samudera yang sama, yaitu alam akhirat.

Muara kehidupan adalah akhirat. Pada alam itulah kita akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang telah kita lakukan selama kita hidup di dunia. Barang siapa yang menyemai kebaikan selama di dunia, maka iapun akan menuai kebaikan di akhirat nanti.

Karena hidup kita di dunia ini dibatasi dengan usia, maka jangan sampai kita hanya sekedar melewatinya tanpa meninggalkan apapun. Artinya, berikan sebuah kenang-kenangan dari anda untuk dunia yang anda tinggalkan nanti. Sebuah kenang-kenangan yang bisa bermanfaat untuk orang-orang yang hidup setelah anda, apapun itu! Karena, alangkah ruginya jika kita hidup di dunia ini kemudian meninggalkannya tanpa ada yang kita wariskan.

Jika anda bingung tentang apa sebenarnya visi hidup yang anda jalani, maka renungan diatas akan membantu anda mengenali siapa diri anda sebenarnya. Jawaban dari pertanyaan diatas akan membuat anda mengerti kemana anda harus melangkah untuk menjadi diri anda yang sebenarnya. Apa yang anda ingin orang katakan tentang diri anda ketika anda meninggal nanti, itulah visi anda!
(sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)


Daftar Pustaka:
Covey, Stephen R. 1996. 7 Kebiasaan Efektif Manusia. Yogyakarta: Smart Agency