#

Minggu, 28 November 2010

Menyalakan Potensi Diri


Oleh: Fahri Hidayat

Seorang bayi yang baru terlahir di dunia ini, pada dasarnya tidak dalam keadaan kosong seperti kertas putih. Namun ia sudah memiliki potensi dan kecenderungan tertentu yang apabila di dukung oleh lingkungan yang positif, maka ia akan berkembang sesuai dengan potensinya tersebut.

Tidak ada satupun manusia yang dilahirkan dengan tidak memiliki sebuah kelebihan. Artinya, semua orang pasti memiliki potensi dan bakatnya masing-masing. Hanya masalahnya, apakah bakat dan potensi itu di kembangkan atau di biarkan berkarat sehingga menjadi tumpul.

Sebenarnya waktu yang tersedia untuk kita dalam sehari adalah sama, yaitu 24 jam. Namun mengapa dengan waktu yang sama itu kita bisa menjadi berbeda-beda? Ada yang sukses, ada yang kurang sukses, dan ada juga yang gagal. Ternyata kuncinya ada pada cara kita menggunakan waktu. Cara kita menggunakan waktu itulah yang pada akhirnya akan membuat kita berbeda. Jika kita mampu menggunakan waktu untuk hal-hal yang positif, seperti membaca atau menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, secara teratur dan terencana, maka kebiasaan yang kita bangun tersebut pada akhirnya akan membentuk kepribadian kita.

Tidak ada manusia yang sempurna. Karenanya parameter kesempurnaan itu menjadi relatif. Kita semua memiliki kelebihan, dan juga memiliki kekurangan. Semua orang pasti memiliki kekurangan, tanpa terkecuali. Maka, kita tidak usah terlalu merisaukan kekurangan yang ada pada diri kita. Justru fokus untuk mengembangkan kelebihan-kelebihan kita itu lebih prioritas dari pada berusaha menutupi kekurangan diri. Karena manusia akan dinilai secara totalitas; yaitu apakah yang dominan dari dirinya dan menjadi identitasnya.

Barangkali kita pernah mendengar tentang seorang Plato yang memiliki kekurangan fisik, yaitu ketika berjalan Ia agak membungkuk. Namun ketika orang ditanya “apa yang kamu tahu tentang Plato?” pasti semua akan serentak menjawab “dia adalah seorang filosof besar yang sangat jenius”.

Mungkin sepintas kita pernah mendengar tentang Thomas Alfa Edison yang konon intelektualnya terbelakang. Dalam bahasa lebih mudahnya mungkin bisa di sebut dungu. Namun orang secara kolektif tetap melihat seorang Alfa Edishon sebagai seorang ilmuan penemu lampu pijar yang sangat konsisten dan pantang menyerah.

Barangkali kita pernah mendengar secuil aib-aib tentang Muhammad Al-Fatih. Namun semua orang pasti akan mengenang Muhammad Al-Fatih sebagai seorang pemuda hebat yang berhasil menaklukan benteng konstantinopel.

Contoh-contoh diatas menjelaskan kepada kita, bahwa ternyata apa yang akan orang nilai tentang diri kita, adalah sesuatu yang dominan pada diri kita. Buktinya, orang tidak akan mengenang Plato sebagai orang yang pincang, namun mengenangnya sebagai seorang filosof besar. Orang tidak akan mengenang Edison sebagai orang yang dungu, namun dunia bahkan menobatkannya sebagai penemu lampu pijar. orang yang sempurna itu sebenarnya bukan orang yang tidak memiliki cacat sama sekali. Karena orang yang tidak memiliki cacat itu tidak ada di dunia ini, kecuali para Nabi dan Rosul yang memang mendapat garansi dari Alloh. Namun kesempurnaan yang sebenarnya adalah ketika kita bisa mengoptimalkan apa yang menjadi bakat dan potensi kita.

Maka, nyalakanlah semangat untuk melejitkan potensi kita. segeralah ambil pena, dan tuliskan apa saja yang ingin kita capai dalam tempo dekat, jangka menengah, ataupun jangka panjang. Jika itu sudah kita lakukan, itu artinya kita sudah benar-benar menjalani kehidupan. Karena dengan mengetahui tujuan akhir kita, kita akan tau dimana posisi kita berdiri saat ini. Mulailah dari hal-hal yang sederhana. tetaplah bersabar dan konsisten. Jagalah gelora semangatmu, agar ia terus menyala. Ingatlah, langkah keseribu di mulai dari langkah pertama. Gedung pencakar langit yang megah, tinggi dan menjulang tetaplah merupakan kumpulan dari butiran-butiran pasir yang kecil. Karya-karya kecil yang kita rangkai setiap hari, jika kita konsisten dan sabar untuk menjalaninya, suatu saat iapun akan menjelma menjadi sebuah karya yang besar. Yakinlah. Mulailah semua itu dari sekarang, dari detik ini!
(sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)