#

Rabu, 23 Februari 2011

Demi Waktu




Demi waktu. Alloh telah bersumpah dengan menyebut makhluk-Nya yang bernama waktu. Makhluk Alloh yang hanya akan datang satu kali, dan tak akan pernah datang lagi untuk selamanya. Ada apa dengan waktu? Hingga Alloh menyebutkannya dalam sumpah-Nya?

Satu detik yang telah kita lewati tidak akan pernah kita jumpai lagi. Hari demi hari terus berlari dengan begitu cepat menggerogoti jatah usia kita sedikit demi sedikit. Hingga apabila jatah usia kita telah habis, mau tak mau kitapun akan berlayar ke alam lain untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah kita kerjakan semasa hidup kita. Di alam itulah vonis akan di jatuhkan kepada kita. Dimana kita hanya di hadapkan pada dua pilihan, surga atau neraka.

Demi Waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman kepada Alloh, dan melakukan perbuatan-perbuatan kebaikan, dan saling berwasiat dalam kebenaran, dan saling berwasiat dalam kesabaran (QS. Al-Ashr: 1-3)

Firman Alloh diatas memang sangat singkat. Namun maknanya begitu dalam. Alloh menggunakan kata Al-Ashr dalam menunjukan waktu pada ayat diatas. Al-Ashr bermakna `masa`, yaitu waktu ketika manusia hidup di dunia. Selanjutnya Alloh menggunakan kata Al-Insan untuk menunjuk pada manusia, bukan al-basyar. Al-Insan disini berarti manusia yang sudah berakal dan baligh.

Alloh menyebutkan bahwa semua manusia yang berakal dan sudah baligh serta masih hidup di dunia ini sunggguh berada di dalam keadaan merugi. Yang dimaksud dengan keadaan merugi disini adalah keadaan dimana manusia tidak menghasilkan manfaat apapun. Namun pada ayat selanjutnya Alloh memberikan solusi untuk keluar dari keadaan merugi tersebut. Yaitu dengan empat hal berikut:

1. Beriman kepada Alloh.
Iman adalah kunci surga. Tanpa iman, kita tak akan pernah mencium bau surga. Pernah pada suatu hari Khalifah Umar bin Khatab berjalan. Di tengah perjalanannya ia melihat seorang pengemis di pinggiran. Pengemis itu adalah seorang kafir yang berpakaian compang camping dan tampak sangat menderita. Melihat itu, Umar bin Khotob menangis. Oleh sahabatnya kemudiaan ia di tanya “wahai umar, mengapa engkau menangis? Padahal yang engkau tangisi itu adalah seorang kafir dan tidak beriman”. Maka Umar menjawab: “aku kasihan pada dia. Karena di dunia ini dia sudah menderita. Dan di akhirat nanti dia akan lebih menderita”.

2. Melakukan perbuatan-perbuatan baik (amal solih).
Yang di maksud dengan perbuatan baik adalah semua pekerjaan yang mendatangkan manfaat. Seperti mendirikan sekolah dan lembaga pendidikan, berjuang menguatkan ekonomi Islam, berjihad di jalan Alloh, dan projek-projek kebaikan yang lain. termasuk di dalamnya adalah akhlak dan etika kita dalam kehidupan.

3. Saling memberi nasehat dalam kebenaran.
Bukan hanya memberi nasehat dalam kebenaran. Dalam ayat tersebut Alloh menyebutkan “saling memberi nasehat”. Artinya harus ada hubungan timbal balik antara dua pihak.

4. Saling berwasiat dalam kesabaran. Kesabaran adalah pada pukulan yang pertama. Misalnya seseorang di timpa sebuah musibah. Maka yang di sebut dengan kesabaran adalah saat ia mampu mengendalikan perasaannya dan bersabar sesaat setelah musibah itu terjadi. Bukan setelah seminggu atau satu bulan kemudian.
Dalam surat Al-Ashr sebagaimana tersebut diatas, empat hal tersebut harus dilaksanakan semuanya. Bukan dilaksanakan salah satunya atau hanya sebagian. Ketika empat hal tersebut mampu kita laksanakan, maka saat itulah insya Alloh kita terlepas dari keadaan merugi dan sia-sia. Wallohu A`lam bis shawab. (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)