Suatu hari Rosululloh mengirimkan seorang utusan ke sebuah daerah yang bernama Bushro. Utusan itu adalah Al-Haris bin Umair. Ia di utus untuk mengirimkan sepucuk surat kepada pemimpin wilayah tersebut. Namun, di tengah perjalanan menuju Bushro ia di hadang oleh seorang pemimpin Balqo` yang bernama Syurahbil. Balqo` merupakan sebuah wilayah yang berada dibawah kekuasaan Imperium Romawi. Oleh Syurahbil, Al-Haris dibawa ke hadapan Kaisar dalam keadaan terikat. Kemudian ia dibunuh dengan di penggal lehernya hingga tewas.
Kabar ini sampai kepada Nabi Muhammad di Madinah. Dalam tradisi perang saat itu, membunuh seorang utusan merupakan kejahatan yang sangat besar. Itu sama dengan mengumumkan perang secara terang-terangan. Atau bahkan lebih dari itu. Untuk itulah Rosululloh segera menghimpun pasukan yang jumlahnya mencapai 3000 personil. Pasukan itu segera di berangkatkan untuk memberikan pelajaran kepada Kekaisaran Romawi yang merupakan imperium terbesar saat itu.
Pengiriman pasukan islam untuk menyerang Romawi ini menjadi bahan ledekan banyak pihak. Orang-orang Arab bahkan menganggapnya sebagai sebuah lelucon yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin pasukan kecil yang hanya berjumlah 3000 personil akan di kirim untuk melawan pasukan Romawi yang memiliki wilayah terluas dan tentara yang terlatih dan sangat banyak jumlahnya?
Bagi pasukan Islam sendiri ini merupakan pengalaman pertama. Jika nantinya benar-benar terjadi perang, maka ini adalah benturan militer pertama antara Islam dengan Romawi sejak kenabian Muhammad. Pasukan Islam yang sedikit jumlahnya itu bahkan sulit membayangkan apa yang akan terjadi di hadapan nanti, ketika mereka benar-benar berhadapan dengan raksasa imperium Romawi dengan tentaranya yang sangat menakutkan itu.
Akhirnya kedua pasukan bertemu di sebuah wilayah yang bernama Mu`tah. Ternyata perimbangan kekuatan sangat tidak seimbang. Pasukan Islam yang berjumlah 3000 itu berhadapan dengan pasukan lawan yang jumlahnya mencapai 200.000 tentara terlatih dengan persenjataannya yang jauh lebih lengkap. Ini berarti satu pasukan Islam harus melawan 100 tentara Romawi!!! Sesaat memang sempat terjadi keraguan dalam internal pasukan Islam. Namun kemudian bara api jihad yang berkecamuk didalam dada mereka menghanguskan semua keraguan itu. Perangpun meletus dengan dahsyat!
Semua orang menyaksikan perang besar itu. Mereka menantikan hasil akhir dari peristiwa bersejarah ini. Pada saat perang hampir mencapai puncaknya, 3 komandan pasukan yang di tunjuk oleh Nabi gugur di medan perang. Pasukan islam kemudian menunjuk Kholid bin Walid untuk memegang kendali kepemimpinan.
Perang besar masih terus berkecamuk. Kholid bin Walid bersama pasukannya berhasil menghadapi gelombang demi gelombang serangan pasukan musuh. Namun tentara Romawi ternyata terus menggelombang bagaikan ombak di lautan yang ganas. Kholid memikirkan sebuah strategi untuk menumbuhkan rasa takut di hati pasukan Romawi. Ia kemudian merubah posisi pasukan dengan pola baru. Front depan dipindah ke belakang, dan front belakang di geser ke depan. Lalu sayap kiri dialihkan ke sayap kanan, demikian pula sebaliknya. Maka pasukan Romawi mulai cemas, mereka mengira pasukan Islam mendapatkan bantuan pasukan baru. Akhirnya, dengan tetap menjaga posisi pasukan Islam mundur secara perlahan. Pasukan Romawi sudah tidak berfikir untuk mengejar, karena mereka mengira ini adalah siasat untuk menjebak mereka. Perangpun usai dengan kemenangan di tangan kaum muslimin.
Kemenangan yang di raih oleh kaum muslimin ini merupakan kemenangan strategi. Walaupun secara kuantitas jumlah pasukan muslim jauh lebih sedikit, namun mereka tertuntut untuk kreatif memainkan strategi perang. Bahkan mereka berhasil menembus batas-batas ketidakmungkinan. Orang-orang banyak yang mengira pasukan Islam akan dihabiskan hingga tak tersisa dalam perang itu. Namun ternyata korban dari pasukan Islam hanya 12 orang!
Perang ini terkenal dalam sejarah Islam dengan sebutan perang Mu`tah. Dunia menyaksikan dengan penuh keheranan. Keberanian pasukan Islam yang tak tertandingi itupun membawa hasil. Banyak kabilah yang pada mulanya memusuhi Islam menjadi simpati kepada Islam. Bahkan banyak diantaranya yang kemudian masuk Islam secara berbondong-bondong.
Perang mu`tah merupakan benturan militer pertama antara pasukan Islam dengan imperium Romawi. Pada tahun-tahun berikutnya, ada banyak sekali perang antara umat Islam dengan Romawi. Bahkan Nabi ketika meninggal dunia masih meninggalkan sebuah pasukan yang disiapkannya untuk menyerang Romawi. Ujungnya adalah penaklukan Constantinopel oleh kaum muslimin pada pertengahan abad ke 15 Masehi. (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)