Suatu hari, saya
menangani seorang siswa bermasalah. Siswa tersebut kedapatan merokok di
sekolah. Dalam aturan sekolah, merokok termasuk dalam kategori pelanggaran
berat. Berkali-kali saya memanggilnya ke kantor untuk memberinya konseling.
Akan tetapi, hasilnya nihil. Anak tersebut tetap mengulangi perbuatannya meski
sudah berkali-kali mendapatkan teguran, bahkan sanksi. Belakangan, saya baru
mengetahui bahwa ternyata ayah dari anak tersebut adalah seorang perokok aktif.
Sejak saat itu, saya pun menjadi paham alasan mengapa sangat sulit mengajarkan
anak tersebut berhenti merokok, karena lingkungan keluarganya pun tampaknya “mengizinkannya”
merokok. Atau, setidaknya, tidak memandang rokok sebagai sesuatu yang
terlarang.
Cerita di atas adalah
contoh bagaimana nilai-nilai yang ada dalam keluarga akan membentuk karakter
dan berbuah pada perilaku kita. Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa
kepribadian seorang anak sedikit banyak terbentuk dari bagaimana dia dididik di
keluarganya. Memang, tidak semua hal merupakan produk pendidikan keluarga.
Lingkungan tempat kita tumbuh, seperti sekolah dan masyarakat, turut memberikan
kontribusi dalam membentuk kepribadian kita. Namun, untuk hal-hal yang
fundamental, seperti keyakinan dan prinsip hidup, keluarga tetap memiliki
pengaruh signifikan.
Keluarga adalah
lingkaran kecil tempat kita tumbuh, berkembang, dan mencurahkan segala suka
duka dalam melewati pahit manisnya kehidupan. Keluarga ibarat sebuah bahtera dimana
kita berlayar mengarungi samudera luas bernama kehidupan. Kita harus mampu
menjadikan keluarga sebagai sebuah rumah dimana kita merasa teduh di dalamnya.
Meskipun, kadang ada perbedaan pendapat antara kita dengan anggota keluarga
lainnya, namun keutuhan keluarga tetap harus terjaga seperti sebuah pohon yang
akarnya kokoh menghujam bumi, yang tetap berdiri tegak meski diterjang angin.
Di dalam keluargalah
sebagian besar waktu kita habiskan. Apabila keluarga kita bisa menjadi seperti
taman hijau yang indah, maka “modal kenyamanan” itu akan menjadi kekuatan bagi
jiwa kita dalam berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas. Sebaliknya,
jika keluarga tidak stabil, mungkin karena terlalu sering terjadi pertengkaran
di dalamnya, atau kurang terbangun komunikasi yang baik antara anggota keluarga
yang kemudian melahirkan banyak pertikaian, keluarga seperti itu ibarat sebuah
perahu yang berlubang di tengah lautan. Kita akan menghabiskan banyak waktu
untuk menambal lubang pada perahu agar tidak tenggelam, sehingga tidak sempat
berpikir untuk mendayungnya menuju pulau impian.
Keluarga yang baik
memang tidak serta merta menjamin kesuksesan seseorang. Ada juga orang yang
justru tumbuh menjadi orang hebat meskipun dibesarkan di keluarga yang broken.
Tapi, bagaimanapun juga, keharmonisan dalam keluarga adalah tiket untuk masuk
dalam gelanggang kehidupan. Ya, tiket. Selebihnya, tergantung bagaimana kita
menggunakan tiket itu, apakah kita akan menggunakannya untuk masuk gelanggang
dan bertanding, atau sekadar duduk di bangku penonton.Yang jelas, tiket itu
memudahkan kita memasuki gelanggang. Meskipun tanpa tiket itu pun kita tetap
bisa masuk, tapi dengan upaya yang jauh lebih sulit dibanding jika kita memiliki
tiketnya.
Semua yang hal yang
besar-besar dimulai dari lingkaran kecil dalam hidup kita. Bukan hanya tentang
keluarga. Tapi tentang semua hal yang berhubungan dekat pada diri kita
sehari-hari. Meja belajar kita, almari pakaian, kamar tidur, bahkan penataan
barang di tas atau ransel kita, adalah bagian dari lingkaran kecil itu.
Melakukan hal-hal positif, meskipun sederhana, seperti merapikan tumpukan buku
di meja belajar, atau menghiasnya dengan pot bunga, akan memberikan nuansa
positif pada pikiran kita, yang pada akhirnya akan menghidupkan mood
kita untuk melakukan hal yang positif juga.
Bayangkan, jika suatu
saat kita ingin menulis artikel. Pada saat membuka laptop, kita mendapati
folder-folder di komputer kita “berserakan”. Penataan foldernya tidak rapi.
Bahkan, kita sampai lupa dimana kita pernah menyimpan file artikel kita.
Kondisi seperti itu pasti akan mengurangi mood kita untuk menulis.
Mengisi waktu senggang untuk merapikan folder-folder di komputer adalah
pekerjaan sederhana yang bisa “melapangkan” pikiran kita sehingga mood
kita tetap terjaga. ***