#

Senin, 01 Agustus 2016

Lingkaran Kecil Hidup Kita

Suatu hari, saya menangani seorang siswa bermasalah. Siswa tersebut kedapatan merokok di sekolah. Dalam aturan sekolah, merokok termasuk dalam kategori pelanggaran berat. Berkali-kali saya memanggilnya ke kantor untuk memberinya konseling. Akan tetapi, hasilnya nihil. Anak tersebut tetap mengulangi perbuatannya meski sudah berkali-kali mendapatkan teguran, bahkan sanksi. Belakangan, saya baru mengetahui bahwa ternyata ayah dari anak tersebut adalah seorang perokok aktif. Sejak saat itu, saya pun menjadi paham alasan mengapa sangat sulit mengajarkan anak tersebut berhenti merokok, karena lingkungan keluarganya pun tampaknya “mengizinkannya” merokok. Atau, setidaknya, tidak memandang rokok sebagai sesuatu yang terlarang.
Cerita di atas adalah contoh bagaimana nilai-nilai yang ada dalam keluarga akan membentuk karakter dan berbuah pada perilaku kita. Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa kepribadian seorang anak sedikit banyak terbentuk dari bagaimana dia dididik di keluarganya. Memang, tidak semua hal merupakan produk pendidikan keluarga. Lingkungan tempat kita tumbuh, seperti sekolah dan masyarakat, turut memberikan kontribusi dalam membentuk kepribadian kita. Namun, untuk hal-hal yang fundamental, seperti keyakinan dan prinsip hidup, keluarga tetap memiliki pengaruh signifikan.
Keluarga adalah lingkaran kecil tempat kita tumbuh, berkembang, dan mencurahkan segala suka duka dalam melewati pahit manisnya kehidupan. Keluarga ibarat sebuah bahtera dimana kita berlayar mengarungi samudera luas bernama kehidupan. Kita harus mampu menjadikan keluarga sebagai sebuah rumah dimana kita merasa teduh di dalamnya. Meskipun, kadang ada perbedaan pendapat antara kita dengan anggota keluarga lainnya, namun keutuhan keluarga tetap harus terjaga seperti sebuah pohon yang akarnya kokoh menghujam bumi, yang tetap berdiri tegak meski diterjang angin.
Di dalam keluargalah sebagian besar waktu kita habiskan. Apabila keluarga kita bisa menjadi seperti taman hijau yang indah, maka “modal kenyamanan” itu akan menjadi kekuatan bagi jiwa kita dalam berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas. Sebaliknya, jika keluarga tidak stabil, mungkin karena terlalu sering terjadi pertengkaran di dalamnya, atau kurang terbangun komunikasi yang baik antara anggota keluarga yang kemudian melahirkan banyak pertikaian, keluarga seperti itu ibarat sebuah perahu yang berlubang di tengah lautan. Kita akan menghabiskan banyak waktu untuk menambal lubang pada perahu agar tidak tenggelam, sehingga tidak sempat berpikir untuk mendayungnya menuju pulau impian.
Keluarga yang baik memang tidak serta merta menjamin kesuksesan seseorang. Ada juga orang yang justru tumbuh menjadi orang hebat meskipun dibesarkan di keluarga yang broken. Tapi, bagaimanapun juga, keharmonisan dalam keluarga adalah tiket untuk masuk dalam gelanggang kehidupan. Ya, tiket. Selebihnya, tergantung bagaimana kita menggunakan tiket itu, apakah kita akan menggunakannya untuk masuk gelanggang dan bertanding, atau sekadar duduk di bangku penonton.Yang jelas, tiket itu memudahkan kita memasuki gelanggang. Meskipun tanpa tiket itu pun kita tetap bisa masuk, tapi dengan upaya yang jauh lebih sulit dibanding jika kita memiliki tiketnya.
Semua yang hal yang besar-besar dimulai dari lingkaran kecil dalam hidup kita. Bukan hanya tentang keluarga. Tapi tentang semua hal yang berhubungan dekat pada diri kita sehari-hari. Meja belajar kita, almari pakaian, kamar tidur, bahkan penataan barang di tas atau ransel kita, adalah bagian dari lingkaran kecil itu. Melakukan hal-hal positif, meskipun sederhana, seperti merapikan tumpukan buku di meja belajar, atau menghiasnya dengan pot bunga, akan memberikan nuansa positif pada pikiran kita, yang pada akhirnya akan menghidupkan mood kita untuk melakukan hal yang positif juga.
Bayangkan, jika suatu saat kita ingin menulis artikel. Pada saat membuka laptop, kita mendapati folder-folder di komputer kita “berserakan”. Penataan foldernya tidak rapi. Bahkan, kita sampai lupa dimana kita pernah menyimpan file artikel kita. Kondisi seperti itu pasti akan mengurangi mood kita untuk menulis. Mengisi waktu senggang untuk merapikan folder-folder di komputer adalah pekerjaan sederhana yang bisa “melapangkan” pikiran kita sehingga mood kita tetap terjaga. ***