#

Rabu, 03 Agustus 2016

Memutar Roda Berkarat


“Sesungguhnya kesabaran adalah pada benturan pertama”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Memulai sesuatu yang baru ibarat memutar roda yang berkarat. Di awal pasti terasa berat. Namun ketika roda sudah berhasil diputar, kita tidak perlu mengeluarkan banyak energi lagi untuk memutarnya kembali. Sama seperti ketika kita mendorong mobil yang mogok. Pada dorongan pertama akan terasa berat karena kita baru mulai memberi gaya untuk membuat roda mobil menggelinding. Ketika roda mobil sudah perlahan menggelinding, maka dorongan berikutnya jauh lebih ringan.
Hukum “memutar roda” tersebut berlaku untuk banyak hal dalam hidup kita. Seperti, ketika kita ingin mencoba merutinkan lari pagi. Jika kita belum terbiasa lari pagi, membangkitkan semangat untuk bangun di pagi hari ketika badan masih diselimuti kantuk adalah suatu hal yang sulit.  Pada titik awal yang sulit inilah komitmen kita diuji. Apabila kita berhasil melawan rasa malas dan membakar semangat kita untuk menembus dinginnya udara pagi, maka sesungguhnya kita telah berhasil melewati ujian terberat itu. Pada hari-hari berikutnya, perasaan berat untuk melakukan lari pagi akan semakin berkurang, dan pada akhirnya mungkin lari pagi justru menjadi aktifitas rutin yang kita lakukan dengan riang gembira.
Hal terberat dalam melakukan sesuatu adalah pada saat kita baru memulai. Di situ lah terletak  ujian kesabaran yang sesungguhnya. Sabar bukan berarti pasrah dan pasif menerima apa adanya. Sabar adalah bertahan untuk tetap menjaga semangat kerja dalam situasi sulit. Sabar adalah bertahan untuk tetap berkarya di tengah situasi yang “menggoda” kita untuk putus asa dan  berhenti berkarya. Orang yang sabar adalah orang yang tetap menulis, meskipun rasa malas selalu menghantui, yang tetap mencoba untuk terus bangkit, meski jatuh berkali-kali, yang tetap berjuang meraih mimpi-mimpi, meski harus melewati padang pasir kegagalan.  
Di dalam Al Quran surat Al Ashr dikatakan bahwa semua manusia pasti merugi, kecuali jika melakukan empat hal, yaitu beriman, berbuat baik, saling menasehati di dalam kebenaran, dan saling menasehati di dalam kesabaran. Kata “kesabaran” di dalam surat tersebut dihubungkan dengan iman, berbuat baik, dan kebenaran. Artinya, sabar adalah konsistensi dalam beriman, yang berarti meyakini sepenuhnya bahwa kekuasaan Allah jauh lebih besar dari masalah-masalah hidup yang seringkali membuat kita putus asa dalam melakukan kebaikan-kebaikan.
Setiap orang memiliki jatah gagal. Semakin sering kita mengalami gagal, semakin berkurang jatah gagal kita. Orang-orang yang saat ini berada di puncak kesuksesan, dalam bidang apapun, adalah mereka yang gigih memperjuangkan mimpi-mimpinya meskipun berkali-kali menelan pahitnya kegagalan. Ketika kita ingin meneladani kesuksesan seseorang, jangan lihat pada bagaimana mereka menjalani hidup ketika sudah sukses, tapi lihatlah apa yang dilakukan orang tersebut pada masa-masa sulit dalam hidupnya. Ada satu ungkapan menarik dalam pidato Anis Matta, mantan wakil Ketua DPR RI periode 2009-2013, pada saat dia mengutip ucapan Presiden Bosnia di tengah perang melawan Serbia, “yang akan memenangkan pertempuran bukan yang paling banyak membunuh lawan, tapi yang lama bertahan”. Artinya, keberhasilan bukan milik orang yang kuat, tapi milik yang bersabar. ***

Kafe Obamb, 3 Agustus 2016